Selasa, 11 September 2012

Menjaga Kesehatan Ayam

salam perunggasan indonesia.
Ayam, sebagai komoditas peternakan yang sangat rawan dengan kondisi lingkungan, membutuhkan perawatan yang sangat baik. Setidaknya ada beberapa dasar dalam menjaga kesehatan ayam broiler. Dalam segi penunjang dalam ternak itu sendiri ada 3 hal pokok, yakni: DOC, Pakan dan Obat atau OVK. sedangkan dalam segi perawatan, ada 3 hal yang harus diperhatikan: Pemanasan, Tirai dan Sekam. selain itu, dalam segi penjagaan ada sanitasi dan menjaga agar virus serta penyakit tidak masuk ke area kandang.

Rabu, 01 Agustus 2012

konspirasi negeri dan solusi

beberapa abad terakhir, selama beberapa dekade, dunia ini telah mengalami gejala yang menurut pandangan saya akan terjadi perubahan peradaban dari era peradaban barat ke peradaban asia. banyak gejala yang sudah bisa dijadikan tolak ukur, baik itu arab spring yang diluar itu mungkin adalah sebuah konspirasi, atau gejala kaum dajjal yang semakin terbuka dalam menampakan wajahnya. bisa kita lihat di beberapa skenario perdanganan dan olahraga seperti olimpiade. sudah banyak yang menceritakan bagaimana olimpiade penuh dengan simbol satanik, sudah bisa diduga sebelumnya.
pembahasan yang lebih sempit, kita akan sedikit mengulas mengenai bagaimana negeri ini coba dinina bobokan oleh kaum satanik. sebelumnya saya akan sedikit menganalogikan dengan permainan balik kata. permainan ini dilakukan dengan memegang satu benda misal penghapus di tangan kanan dan pensil di tangan kiri. mula mula peserta diminta untuk menyebutkan penghapus bila tangan kanan diangkat dan pensil ketika tangan kiri diangkat, suatu hal yang mudah bukan. namun selanjutnya peserta diminta untuk menyebutkan kata pensil ketika kanan kanan diangkat dan penghapus ketika kanan kiri diangkat. mula mula, peserta akan bingung, namun semakin lama maka peserta akan menjadi terbiasa dan enjoy. sama seperti negeri ini, kaum satanik mencoba untuk mengubah yang salah menjadi baik dan lumprah dengan mengatakan berulang ulang. hingga suatu saat perkosaan menjadi kewajaran, gay dan lesbian menjadi lumrah, pakaian sexy semakin dipuja dan tentunya sholat ataupun ibadah akan di cemooh sebagai kata yang nggak gaul.. naudzubillah..
media semakin gencar, menjadi media untuk mengubah persepsi masyarakat. kini, anak muda diidentikan dengan mobil mewah, pakaian sexy dan dugem.. masyarakat terlalu banyak menikmati media seperti sinetron anak muda. korupsi menjadi bahan pembicaraan di media, hampir semua menjelekan sektor pemerintahan, hingga nanti suatu saat masyarakat akan cuek dan enggan masuk didalamnya, hingga nanti kaum satanik lah yang akan memasukinya, naudzubillah..
kita perlu waspada, sekali lagi waspada dengan semua itu. kaum satanik paham benar dengan masyarakat yang majemuk, notabene adalah kaum muslimin, se liberal kaum muslim, namun bila agamanya diinjak maka akan melawan juga. disinilah point penting yang cba dimainkan oleh kaum satanik. mengubah persepsi otak masyarakat, ibarat cuci otak!
lalu bagaimana slusinya?
ada satu buah hal yang diajarkan oleh ustad hasan al banna, seorang pemimpin ikhwanul muslimin yang lahir di kairo. beliau mengatakan bahwa, jalan untuk melawan segala bentuk konspirasinya adalah berawal dari pembentukan karakter yang bertahap. beliau menggambarkan bahwa solusi dari perang ini adalah pembentukan karakter diri yang diikuti dengan pembentukan karakter keluarga, masyarakat, bangsa, dunia dan alam semesta. dalam bukunya risalah pergerakan, beliau banyak mengajarkan beberapa point penting dalam pembentukan islam menjadi rahmatan lil alamin, silahkan pembaca melihat dan membaca buku beliau risalah pergerakan baik jilid I dan II.
semoga tulisan ini mampu memberi inspirasi dan pencerahan.

Senin, 02 Januari 2012

Dialog anak ayam dan induknya

Suatu hari menjelang Maghrib di kehidupan para binatang ada seekor Induk Ayam sedang sibuk menggiring masuk anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Seekor Anak Ayam pun merasa kesal karena sedang asik bermain, sang Induk menyuruhnya untuk masuk ke dalam kandang. Terjadilah dialog antara Anak dan Induk Ayam ketika salah-satu Anak Ayam ngedumel sambil mengkritik induknya.
Anak ayam, "Bu, kenapa sih aku gak boleh main malam-malam...?"
Temanku saja si Kampret dibolehkan sama Ibunya, Ibu otoriter sama anak-anaknya. Ini gak boleh, itu gak oleh... cik... cik... cik... (dengan nada sedikit kesal).
Induk Ayam, "Anakku, kamu kan bukan kampret, mereka kan bisa terbang untuk menghindari para pemangsa, sedang kamu gak bisa terbang tuk menjaga diri. Ibu kawatir sama kamu, ibu takut nanti kamu diterkam oleh Kucing dan Musang."
Anak Ayam, "Tapi Manusia saja yang gak punya sayap banyak juga kok yang keluar malam-malam...?"
Induk Ayam, "Kan mereka juga harus bekerja mencari rezeki dan mencari ilmu, tapi ada juga yang nakal hanya sekedar menghabiskan waktu dengan sia-sia, harusnya kamu bangga menjadi seekor Ayam, Nak..."
Anak ayam, "Cik...cik, kenapa aku harus bangga Bu...?"
Induk Ayam, "Iya, itu tandanya Ayam lebih pintar daripada Manusia yang nakal."
Anak Ayam, "cik...cik...? Bukankah mereka mahluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah Buu..?"
Induk Ayam, "Iya, mereka memang mahluk yang lebih sempurna dari kita, tapi terkadang mereka ada juga yang suka lalai dan kurang bersyukur sama Allah, kita jangan sampai seperti mereka dan lalai dari amanat yang diberikan, sore-sore kita harus tidur, karena pagi sekali kita harus berdoa dan membangunkan manusia untuk sholat tahajud dan Subuh, sedangkan sebagian manusia malam-malam masih ada yang suka keluyuran, subuh-subuh baru pulang ke rumah dan langsung tidur, mereka lupa tuk beribadah kepada Allah..."
Anak Ayam, "Oh gitu ya Buu...tapi kenapa Orang-tua mereka tidak melarangnya...?"
Induk Ayam, "Mungkin Anaknya saja yang nakal dan Ibunya terlalu percaya sama anak-anaknya, juga mungkin kurang pengawasan, Ibunya tak tahu di luar sana sangat berbahaya untuk mereka, di luar sana banyak Kucing pala belang dan Iblis yang siap menerkam...pok...pok...pok...kokk."
Anak Ayam, "Oh...tapi aku baru tahu kalau Kucing itu bisa mengganggu Manusia juga, bukankah tubuh Manusia lebih besar daripada Kucing...?"
Induk Ayam, "Maksud Ibu, Kucing pala belang itu masih dari golongan Manusia juga, itu hanya perumpamaan untuk Manusia yang suka mengganggu wanita, Nak..."
Anak Ayam, "Oh aku baru tau, tapi kan tergantung dari Manusianya Buu, mungkin saja mereka kan bisa menjaga diri..."
Induk Ayam, "Iya memang, mereka ada juga yang bisa menjaga dirinya, tetapi terkadang Iblis suka sekali menggoda dan membujuk Manusia agar manusia terjerumus berbuat maksiat, dosa itu terjadi bukan saja karna niat dari pelakunya lho, tetapi juga karena ada kesempatan, lalu saat itulah Iblis membujuk Manusia...hmm...pok...pok...pok."
Anak Ayam, "Cik...cik...Ibu seperti bang Napi saja, yang ada di kotak berwarna (TV) di kandang-kandang Manusia itu lho Buu, hihihi..."
Induk Ayam, "Bang Napi itu siapa nak...?"
Anak Ayam, "Bang Napi itu manusia yang suka aku lihat di kotak berwarna di kandang-kandang Manusia, bang Napi sering cerita tentang ayam lho bu, Ayam Kampus sama Ayam jalanan."
Induk Ayam, "Oh itu maksudnya bukan Ayam Nak, itu Manusia yang nakal mengatasnakan jenis kita, mereka lalai dan lupa diri, mereka suka berbuat nakal di kampus dan di jalan-jalan karna tidak mau menuruti apa kata Orang-tuanya. Maka itu kamu sebelum maghrib jangan suka keluyuran yah sayang, dengarkan kata Ibu, biar kamu tidak seperti Ayam Kampus dan Ayam Jalanan yang nakal..."
Anak Ayam, "Oh iya ya Bu, aku gak mau seperti mereka, aku janji gak nakal lagi deh, berarti aku harus bangga ya Bu menjadi Ayam...?Kalau begitu maafkan aku ya Bu sudah salah menilai Ibu keras sama aku..."
Induk Ayam, "Iya gak apa-apa kok nak, ibu gak marah, alhamdulillah kamu sudah mengerti, anakku yang cantik dan baik sudah makin pintar saja, Ibu sayang sama kamu nak..."
Anak Ayam, "Iya Bu, aku juga sayang sama Ibu. Alhamdulillah ya Bu, sesuatu...hihihi...cik..cik."
Induk Ayam, "Iya yah sesuatu, ya sudah sekarang kita tidur dulu yuk, nanti kita harus bangun pagi-pagi...met bobo anakku..."
Anak Ayam, "Met malam Ibu, met istirahat...mmuuaahh...cik...cik...cik...jangan lupa baca doa tidur ya..."
Induk Ayam, "Pok...pok...pok...petokk...baik Ibu..."
***
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagikaan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raaf [7] : 179)

dikutip dari eramuslim.com

Karena manusia itu pelupa

Seperti petani yang kehilangan cangkulnya, aku mondar mandir, dari kantor ke area produksi, terus ke area inventory dan balik ke kantor lagi, bertanya pada beberapa orang yang kuharap melihat atau bahkan meminjam ( tapi belum mengemkembalikan ) pulpen, senjata utamaku untuk menyelesaikan laporan sebelum ku-input ke komputer.
Tak perlu repot-repot mencari seandainya aku masih punya pulpen cadangan. Tapi sayangnya, pulpen itu satu-satunya yang tersisa, tak ada lagi stock di kantor. Meski tentu saja salah satu rekan kerjaku tak berkebaratan bila kupinjam pulpennya, tapi aku tidak bisa menggunakan dengan leluasa karena iapun perlu untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Penasaran, sekali lagi kupastikan dengan mencari di laci sampai di kolong meja, barangkali pulpenku terjatuh di sana, tapi hasilnya tetap sama, tidak ada. Dan pencarianku baru terhenti ketika seorang rekan kerja yang duduk di seberang meja, tersenyum sambil menunjuk ke lengan kiriku. Astaghfirulloh, ternyata pulpen yang sejak tadi kucari-cari bukan dipinjam orang ataupun terjatuh saat aku mengembalikan laporan ke produksi, juga saat mengantar dokumen ke department inventory, melainkan kusimpan di saku lengan kiriku sendiri. ( management di perusahaan tempatku menjemput rejeki memang mewajibkan seluruh karyawannya mengenakan baju seragam yang sama baik warna maupun modelnya, yaitu dua saku di depan dan satu saku di lengan kiri, untuk meyimpan pulpen atau peralatan lain seperti testpen yang biasa dilakukan karyawan bagian elektrik. Sebenarnya jarang aku menyimpan pulpen di saku ini, tapi kenapa pulpen itu ada di sana, aku benar-benar lupa ).
Kejadian yang hampir sama juga pernah dialami si A. Sama sepertiku, dia juga berkali-kali membuka tas dan laci untuk mencari sebatang rokok yang ternyata ia selipkan di telinga kanannya. Juga si B yang sibuk bertanya siapa yang terakhir memakai stapler, padahal ia sendiri yang sedang memegangnya. Atau si C yang berkali-kali membongkar tumpukan file di mejanya untuk mencari satu dokumen yang sebenarnya sudah ia serahkan ke atasan sehari sebelumnya. Dan masih banyak kejadian-kejadian lain yang sebenarnya tidak mengenakan tapi terasa menggelikan akhirnya.
Begitulah kita, manusia. Disamping kelebihan, masing-masing juga memiliki kekurangan. Dan salah satu kekurangan yang dimiliki oleh setiap orang adalah lupa, hanya tingkatan dan intensitasnya yang berbeda. Tidak mengenal pria atau wanita, tua ataupun muda, miskin ataupun kaya. Lazimnya memang semakin tua seseorang, semakin sering ia lupa. Tapi bukan berarti bahwa yang muda belia sama sekali tak pernah lupa. Ini sudah kodrat manusia, tempatnya salah dan lupa.
Untuk hal-hal yang terlihat mata saja kita sering lupa, apalagi hal-hal yang tidak kasat mata seperti adanya alam kubur, padang mahsyar, mizan, surga dan neraka. Terkadang ada yang bukannya lupa, tapi pura-pura lupa, sengaja melakukan walaupun ia tahu bahwa apa yang diperbuatnya di dunia akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Astaghfirulloh! Di sinilah pentingnya kita sebagai saudara untuk saling mengingatkan karena manusia itu pelupa. Kita mungkin tidak memiliki pertalian darah, tapi melalui dua kalimat syahadat yang kita ikrarkan, Allah telah menjadikan kita sebagai saudara.
Saling mengingatkan, ini menunjukan adanya komunikasi dua arah. Satu saat kita mengingatkan orang lain tapi di lain waktu kita yang diingatkan. Jangan hanya mengingatkan tapi tak terima kalau orang lain mengingatkan. Atau sebaliknya, maunya diingatkan tapi tak peduli ketika orang lain perlu diingatkan.
Saling mengingatkan, terlebih dalam hal kebaikan, ibadah, adalah keharusan. Jangan sampai satu kemungkaran terjadi di depan mata tanpa sedikitpun kita berusaha untuk mencegahnya, mengingatkan sang pelaku bahwa tindakannya keliru. Juga ketika seseorang lalai dalam menjalankan kewajiban beribadah, seharusnya kita menjadi orang pertama yang mengingatkan, tentunya sekaligus mengingatkan diri sendiri, memastikan bahwa kita sudah melakukannya.
Dan jika melalui tulisan aku berusaha untuk menjalankan kewajiban saling mengingatkan, berharap ada manfaat yang bisa diambil, yaitu yang lupa menjadi ingat bahwa manusia itu pelupa karenanya harus saling mengingatkan, terutama dalam hal kebaikan, maka aku juga berharap ada yang mengingatkanku karena bagaimanapun, aku hanyalah manusia yang tiada luput dari salah, khilaf, dan tentu saja lupa. Astaghfirulloh!
Saudaraku, mari kita saling mengingatkan, menguatkan dan juga mendoakan. Insya Allah…

http://abisabila.com 
dikutip dari eramuslim.com

Selasa, 20 Desember 2011

Program (Pengentasan) Kemiskinan

Sejenak, pagi ini saya ingin sedikit berbagi mengenai salah satu program yang saat ini sedang saya garap. Program PLP BK, PNPM Perkotaan yang nota bene adalah porgram pengentasan kemiskinan yang mana sumber dana berasal dari world bank.
Saya ditempatkan disalah satu wilayah di kabupaten kebumen, jawa tengah. Desa candiwulan, sebuah wilayah dengan hampir 75% adalah pertanian. Program ini, dengan semua kontradiksi dibelakangnya, menyimpan berjuta potensi yang sangat luar biasa. baik itu potensi yang propoor, atau potensi menghancurkan tatanan kenegaraan. Bagaimana tidak, dengan dana 1 milyar untuk 1 desa, membuat rakyat lebih percaya terhadap program ini dari pada program yang sudah dibuat oleh pemerintah sendiri atau yang biasa kita sebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional baik itu dari Nasional hingga ke desa.
Saya tidak ingin membahas mengenai semua kontoversi itu. Yang pasti, program ini harus benar benar nyata dalam pendampingan, jangan sampai hanya menjadi buah bibir yang tak bermanfaat.

Belajar pada kehidupan

Seorang Guru, Sahabat dan Mentor saya suatu hari pernah mengatakan. “Rul, bukan hal yang sulit saat ini, ketika kamu hendak ber-sedekah, misalnya 10% dari penghasilanmu. Tinggal datang ke ATM, masukan kartu ATM, lalu tekan menu transfer, masukan no Rekening Yayasan Pengelola Zakat/Sedekah, masukan 10% nilai uang yg akan di transfer dan transfer uang pun selesai. Kewajiban ber-sedekah pun beres. Simple, mudah dan sepele” begitu kata sahabat saya ini. Uang yang kita sumbangkan mau dipergunakan dengan benar atau tidak, bukan urusan saya. Yang penting saya sudah ber-amal. Begitu kurang lebih cara pandang secara umum orang-orang yang punya niat baik dan memang kita orang modern diprogram seperti itu.
Tidak ada yang salah dengan cara itu, betul… tidak ada yang salah. Tapi… kata sahabat saya melanjutkan. Menjadikan uang sedekah/zakat yg 10% itu menjadi 10, 100 atau 1000 nasi bungkus dan kita sendirilah yang menyerahkannya ke pada saudara kita yang membutuhkannya bukanlah pekerjaan mudah dan sungguh sangat membutuhkan kekuatan tekad hati yang tulus, juga kekuatan fisik untuk berjalan dari pintu hati ke pintu hati lainnya.
Kalimat terahir itu yang membuat saya tersentak dan merenung, benar… ini sebuah tantangan yang luar biasa. Seminggu kemudian tepatnya 3 tahun lalu (thn 2008), ketika itu saya hendak pergi Sholat Jum’at. Sebelum masuk mesjid, saya mampir ke sebuah warung nasi, lalu saya pesan 10 nasi bungkus. Setelah selesai sholat Jum’at, pesanan nasi bungkus saya ambil, dengan berjalan kaki saya bagikan satu persatu ke setiap orang yang saya temui, ada pengemis, abang becak, pedagang kaki lima, dsb, siapapun yang sekiranya memerlukan. Wuih… ternyata bukan pekerjaan mudah bagi orang seperti saya…. betul, sungguh membutuhkan tekad dan fisik yang tidak sederhana…. Namun, ajaib….. sangat ajaib…. ada rasa syukur dan bahagia yang tidak dapat saya lukiskan dan gambarkan dalam tulisan ini… Sebuah kenikmatan dan kebahagiaan yang belum pernah saya peroleh sebelumnya.
Minggu depannya di hari yang sama saya ulangi lagi kegiatan tersebut dengan menambah jumlah nasi bungkus, menjadi 20. Minggu depan nya lagi saya tambah lagi… tambah lagi…. Fantastik ya Alloh… saya kecanduan, kecanduan Nikmat dan Karunia NYA…. Saya ajak Istri dan Anak-anak saya untuk ikut membagikan… Alhamdulillah… sampai hari ini kami masih kecanduan….
Banyak orang lebih memilih ber-sedekah Instant 10% lewat transfer, tidak ada yang salah. Tapi “Amal Instant” seperti itu seolah-olah kita seperti meng-gaji orang lain untuk melakukan pekerjaan sedekah kita. Sekali lagi ini tidak ada yang salah…. tapi apabila kita mau mengkombinasikan dengan “amal nasi bungkus” yang kita bagikan langsung, maka kita akan mendapatkan “pelajaran kehidupan” sebagai bonusnya. Dalam setiap Nasi Bungkus yang kita bagikan, kita ber-interaksi langsung dengan kehidupan, yang ahirnya bisa tetap menjaga api motivasi semangat hidup tetap membara…..
Jika kita setia pada hal-hal kecil, maka kita akan dipercaya akan hal-hal besar…. Terima kasih, guru, sahabat dan mentor saya pak Krishnamurti…. anda adalah inspirasi yang luar biasa…..
dikutip dari semuasaudara.com
 

Rasakan ketakutan dan tetap lakukan

Aku punya keraguan. Tapi apa pun yang kuragukan, aku tidak menganalisisnya ; aku akan mencarinya dan berkata, “Apa yang kutakutkan ?”
Aku yakin rata-rata orang sukses bisa menceritakan kepadamu bahwa mereka jauh lebih sering gagal daripada sukses. Aku jauh lebih sering gagal daripada sukses. Untuk setiap iklan yang berhasil ku bintangi, ada 200 yang tidak berhasil ku bintangi. Kau harus mencari apa yang kautakutkan.
Kevib Sorbo; Aktor yang membintangi seri televisi Hercules : The Legendary Journey
Ketika Anda melangkah maju dalam perjalanan Anda dari posisi anda sekarang ke posisi yang anda inginkan, Anda akan harus menghadapi rasa takut anda. Rasa takut itu wajar. Setiap kali anda memulai sebuah proyek baru, merintis upaya baru, atau mempertaruhkan diri, anda biasanya merasa takut. Sayangnya, Kebanyakan orang membiarkan rasa takut menghentikan mereka mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan impian mereka. Orang-orang sukses, dipihak lain, juga merasa takut seperti kita tapi tidak membiarkan rasa takut itu menghentikan mereka melakukan apapun yang mereka lakukan-atau harus lakukan. Mereka mengerti bahwa rasa takut adalah sesuatu yang harus diakui, dialami, dan dibawa serta dalam perjalanan. Menurut penulis Susan Jeffers, mereka telah belajar merasakan ketakutan itu dan tetap melakukannya.
Mengapa Kita Begitu Ketakutan?
Jutaan tahun lalu, rasa takut adalah cara tubuh kita memberitahukan bahwa kita berada diluar zona kenyamanan kita. Rasa takut memperingatkan kita akan ancaman bahaya, dan member kita lecutan adrenalin yang kita perlukan untuk melarikan diri. Sayangnya, meski reaksi itu berguna di masa ketika harimau bertaring panjang sedang mengejar kita, Zaman sekarang sebagian besar ancaman yang kita hadapi tidaklah semematikan itu.
Zaman sekarang, rasa takut lebih merupakan sebuah sinyal bahwa kita harus selalu waspada dan hati-hati. Kita boleh merasa takut, tapi kita juga masih bisa melangkah maju. Anggap rasa takut anda sebagai seorang bocah dua tahun yang tidak mau ikut berbelanja bahan makanan bersama anda. Anda takkan membiarkan mentalitas bocah 2 tahun mengatur kehidupan anda. Karena anda harus membeli bahan makanan, dan anda harus membawa serta bocah 2 tahun itu bersama anda. Demikianlah juga halnya rasa takut. Dengan kata lain, akui bahwa rasa takut ada tapi jangan membiarkannya menghalangi anda melakukan tugas-tugas penting.
Anda Harus Bersedia Merasakan Ketakutan Anda
Sebagian orang akan melakukan apapun untuk menghindari rasa takut yang tidak nyaman. Jika anda salah satu dari orang seperti itu, anda bahkan beresiko lebih besar tidak pernah memperoleh apa yang anda inginkan dalam kehidupan. Kebanyakan hal bagus membutuhkan pengmbilan resiko. Dan sifat dasar resiko adalah hal itu tidak selalu berhasil. Orang mengalami kehilangan investasi mereka, melupakan dialog yang harus mereka ucapkan, jatuh dari gunung, tewas dalam kecelakaan. Tapi seperti ajaran bijaksana sebuah pepatah kuno,”Tidak ada hasil tanpa usaha”.
dikutip dari semuasaudara.com